Setelah selesai latihan sepak bola, Mas Bhumi masih penuh semangat meski
keringatnya belum sepenuhnya kering. Sepanjang perjalanan, sambil menikmati
suasana weekend, Bhumi tiba-tiba berkata, "Ayah, Bunda, mampir toko
buku dulu, ya!" Suaranya penuh antusias, seperti ada sesuatu yang
sangat ingin ia lakukan sebelum pulang.
Ayahnya menoleh, tersenyum, dan bertanya, “Mau cari buku apa, Mas Bhumi?”
Bhumi hanya tersenyum, matanya bersinar penuh keinginan. Bunda, yang duduk
sambil menatap Mas Bhumi, tersenyum lembut dan menyetujui permintaan itu.
Mereka pun membelokkan kendaraan menuju toko buku yang tidak jauh dari
lapangan.
Begitu sampai di toko buku, Bhumi langsung berlari kecil menuju rak buku
anak-anak, sementara Ayah dan Bunda mengikutinya dari belakang. Namun, yang
mengejutkan, Bhumi tidak berhenti di bagian buku anak-anak. Ia terus melangkah
ke bagian buku agama, dan di sana, tiba-tiba matanya terpaku pada sebuah buku
dengan sampul yang menarik perhatiannya.
Buku tersebut berjudul "Bahagia Beragama Bersama Gus Baha".
Sampulnya bergambar seorang pria dengan wajah teduh dan senyum ramah. Bhumi
segera mengambil buku itu dan membawanya ke arah Bunda. "Bunda, aku mau
beli buku ini," katanya sambil mengangkat buku tersebut dengan kedua
tangannya yang mungil.
Bunda terlihat sedikit terkejut, namun senyumannya tak pudar. “Mas Bhumi
suka buku ini?” tanya Bunda dengan lembut. Bhumi mengangguk kuat. “Iya,
aku mau diceritain buku ini nanti di rumah,” jawabnya polos, tapi penuh
keyakinan. Bunda dan Ayah pun saling berpandangan, tersenyum penuh kasih.
Mereka tahu, rasa ingin tahu Bhumi memang luar biasa, bahkan pada hal-hal yang
mungkin bagi anak seusianya belum banyak dimengerti.
Setelah membayar buku tersebut, mereka pun pulang ke rumah. Dalam perjalanan,
Bhumi tak henti-hentinya memandangi sampul buku yang baru dibelinya,
seolah-olah ada hal menarik yang tersembunyi di balik setiap halaman. “Nanti,
Bunda bacain, ya?” tanya Bhumi dengan suara lembut, seolah takut
keinginannya tidak terwujud.
Sesampainya di rumah, Bhumi langsung duduk di ruang keluarga, menunggu dengan
sabar. Bunda pun akhirnya duduk di sampingnya, membuka buku itu dan mulai
membacakan perlahan. Meskipun mungkin Bhumi belum sepenuhnya mengerti makna
kata-kata dalam buku itu, tapi ia mendengarkan dengan saksama, mata kecilnya
fokus pada suara Bunda.
Bunda mulai bercerita tentang Gus Baha, tentang bagaimana kebahagiaan dalam
beragama bisa diwujudkan dengan cara yang sederhana. Bhumi menatap Bunda dengan
mata penuh perhatian, kadang bertanya tentang hal-hal yang ia ingin tahu lebih
dalam. Bunda menjawab setiap pertanyaan dengan lembut, menjaga agar ceritanya
tetap sederhana namun bermakna.
Malam itu, Bhumi tertidur lebih awal dari biasanya. Buku Gus Baha yang tadi
dibacakan Bunda tergeletak di sampingnya. Wajah Bhumi terlihat damai,
seolah-olah ia telah menemukan sesuatu yang baru hari ini. Meskipun masih
kecil, semangatnya untuk belajar dan rasa ingin tahunya tak pernah berhenti. Di
dalam mimpinya, mungkin Bhumi sedang berlari, bukan hanya di lapangan bola,
tetapi juga di dunia penuh ilmu dan kebijaksanaan yang baru saja ia temukan.


