Aku berdiri di tengah lapangan sepak bola
yang sunyi, memandang bola yang tergeletak di depan kakiku. Hari itu, awan
menggantung rendah, menutupi langit biru yang biasanya cerah. Di sini, aku
sering datang untuk melepaskan lelah, bermain bola seorang diri, dan
berpura-pura menjadi pemain hebat. Tapi hari ini, ada yang berbeda.
Saat aku menendang bola dengan ringan, mendadak ada suara lembut yang menyapaku
dari belakang. "Bagaimana rasanya jadi bintang di lapangan ini?"
Aku terkejut dan berbalik. Di sana, berdiri seorang pria dengan tubuh mungil
namun berkarisma luar biasa. Lionel Messi. Aku terpaku. Apa mungkin? Apakah aku
sedang bermimpi?
Messi tersenyum. “Jangan khawatir, ini cuma percakapan kecil. Anggap saja
kita berbagi momen imajinasi,” katanya sambil berjalan mendekat. Jantungku
berdebar, tapi aku berusaha tenang. “Aku sering memikirkan bagaimana caramu
bermain,” ucapku gugup, “semua terlihat begitu mudah bagimu.”
Dia mengangguk. “Kuncinya adalah mencintai apa yang kamu lakukan. Bukan soal
mudah atau sulit, tapi bagaimana kau menghadapi setiap tantangan dengan
kegembiraan.” Aku merenung sejenak. Ternyata, rahasia Messi bukan hanya
soal teknik, tapi juga tentang sikap mental.
“Kau pernah merasa takut gagal?” tanyaku tiba-tiba. Messi menatap bola
di depan kami. “Tentu saja. Ada saat-saat di mana tekanan sangat besar. Tapi
ingat, kegagalan adalah bagian dari proses. Tanpa kegagalan, kemenangan tidak
akan terasa berarti.”
Percakapan itu membuatku merenung tentang semua hal yang pernah kutakutkan
dalam hidupku. “Jadi, bagaimana cara mengatasi rasa takut itu?” tanyaku
lagi. Messi tersenyum tipis. “Kau harus tetap bergerak maju. Tak peduli
seberapa besar ketakutanmu, jangan pernah berhenti. Kegagalan bukanlah akhir,
melainkan langkah menuju keberhasilan.”
Aku menendang bola pelan-pelan, membiarkannya bergulir. "Apa kau pernah
merasa lelah? Bukan secara fisik, tapi secara mental?" tanyaku, ingin
tahu lebih dalam. Messi menatapku dengan tatapan serius. “Ya, ada saat-saat
di mana semuanya terasa terlalu berat. Tapi aku ingat, mengapa aku memulainya.
Cinta pada sepak bola adalah sumber kekuatanku.”
Lalu dia melanjutkan, “Hidup ini seperti permainan. Kadang kau menang,
kadang kau kalah. Tapi yang terpenting adalah kau menikmati prosesnya.”
Kata-katanya begitu sederhana, tapi penuh makna. Aku merasa mendapatkan
pelajaran berharga dari seorang legenda.
Messi menepuk bahuku. “Jangan khawatir soal menang atau kalah. Selama kau
bermain dengan hati, kau selalu akan berada di jalur yang benar.” Aku
tersenyum. Percakapan ini, meski hanya imajiner, terasa sangat nyata dan
menyentuh hatiku. Bola di depan kami seolah menjadi saksi bisu dari percakapan
mendalam ini.
Di akhir percakapan, Messi mulai berjalan menjauh, tubuhnya perlahan memudar
seperti kabut yang diterpa sinar matahari. Aku berdiri diam, tersenyum, dan
menatap lapangan kosong itu. Hari itu, aku mungkin tak bertemu Messi secara
nyata, tapi pesan dan semangatnya akan selalu hidup dalam setiap langkah yang
kutempuh di lapangan kehidupan.


