Iklan

Latest Post


Lari Sore

Bhumi Literasi
Jumat, 03 Januari 2025, Januari 03, 2025 WIB Last Updated 2025-01-03T06:25:53Z

Hari Jumat sore itu, langit mulai merona jingga. Mas Bhumi, seperti biasa, mengenakan sepatu larinya dan mulai berlari di sepanjang jalan desa yang asri. Udara terasa segar, dan suara burung bersahutan dari pepohonan di kiri dan kanan jalan. Lari sore adalah salah satu cara favorit Mas Bhumi untuk menyegarkan pikiran setelah menjalani minggu yang padat.

Saat Mas Bhumi sedang asyik menikmati langkah-langkahnya, tiba-tiba sebuah suara akrab memanggil dari belakang, “Mas Bhumi!” Ketika menoleh, ia melihat Pak Tigi, tetangganya yang ramah, berdiri di ujung jalan dengan senyum lebar. Pak Tigi tampak mengenakan sepatu olahraga yang sedikit usang dan kaos yang basah oleh keringat.

Lagi lari, Pak Tigi?” tanya Mas Bhumi sambil memperlambat langkahnya.
Iya, Mas. Tapi baru mulai. Kalau boleh, saya ikut ya?” jawab Pak Tigi sambil tertawa kecil.

Tanpa pikir panjang, Mas Bhumi mengangguk. “Tentu saja, Pak! Yuk, kita lari bareng.” Mereka mulai berlari bersama, langkah-langkah mereka menyelaraskan irama di atas jalan berpasir.

Pak Tigi, yang selama ini dikenal sebagai petani ulet di desa, ternyata memiliki stamina yang cukup kuat. Meski usia sudah tidak muda lagi, ia mampu mengikuti kecepatan lari Mas Bhumi. Di sela-sela napas yang teratur, mereka berbincang ringan. Pak Tigi bercerita tentang tanaman jagungnya yang sedang panen, sementara Mas Bhumi berbagi cerita tentang rutinitasnya di Bhumi Literasi Anak Bangsa.

Ketika melewati sebuah tanjakan kecil, langkah Pak Tigi sempat melambat. Mas Bhumi, dengan sigap, menyemangati, “Ayo, Pak! Tanjakan ini cuma sebentar. Kita bisa istirahat di atas nanti.” Semangat itu seolah menyulut energi baru pada Pak Tigi, dan ia berhasil melewati tanjakan dengan senyum puas.

Di puncak tanjakan, mereka berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan desa yang membentang indah. Matahari hampir tenggelam, memancarkan cahaya keemasan yang menerangi sawah dan pepohonan di kejauhan. “Mas Bhumi, terima kasih ya. Sudah lama saya tidak lari seperti ini. Rasanya menyenangkan,” ujar Pak Tigi sambil mengatur napas.

Mas Bhumi tersenyum. “Sama-sama, Pak. Olahraga itu penting, apalagi untuk kesehatan. Kalau ada waktu, kita bisa lari sore bareng lagi.

Dalam perjalanan pulang, mereka saling berbagi kisah tentang masa kecil. Pak Tigi bercerita bagaimana dulu ia sering bermain di sungai dekat desa, sementara Mas Bhumi mengisahkan kecintaannya pada perpustakaan dan toko buku sejak kecil. Percakapan itu membuat jarak pulang terasa lebih pendek.

Ketika akhirnya sampai di depan rumah Pak Tigi, ia berterima kasih sekali lagi kepada Mas Bhumi. “Mas Bhumi, ini pengalaman yang tidak terlupakan. Besok sore saya ikut lagi, ya!” kata Pak Tigi dengan semangat. Mas Bhumi hanya tertawa kecil dan mengangguk. Hari itu menjadi awal dari kebiasaan baru mereka, lari sore bersama yang tidak hanya menyehatkan tubuh, tetapi juga mempererat persahabatan.

Komentar

Tampilkan