Iklan

Latest Post


Langit Cerah di Balik Layar Data

Bhumi Literasi
Rabu, 16 April 2025, April 16, 2025 WIB Last Updated 2025-04-16T05:15:24Z


Di sebuah ruangan berarsitektur modern dengan dinding kaca yang membiarkan cahaya mentari menembus, Bu Shinta duduk tegak dengan buku catatan di tangannya. Sorot matanya tajam namun lembut, mencerminkan semangat literasi yang selalu ia perjuangkan. Di hadapannya, seorang pria berseragam loreng duduk dengan senyum hangat. Dialah Pak Bayu, mitra strategis dalam pengembangan teknologi dan literasi di lingkungan Tentara.

Pertemuan hari itu tidak sekedar diskusi biasa. Bu Shinta membawa misi besar dari Bhumi Literasi Anak Bangsa, organisasi yang ia pimpin dengan hati, untuk mengintegrasikan literasi digital ke dalam sistem pembinaan prajurit. Di layar besar belakang mereka, terpampang grafik dan angka yang menunjukkan aktivitas digital nasional. Logo Bhumi Literasi terpampang gagah di pojok layar, menjadi saksi niat baik yang sedang dibangun.

Pak Bayu, yang terkenal tegas namun visioner, menanggapi setiap paparan Bu Shinta dengan kepala sedikit menunduk dan senyuman kecil. “Saya percaya, prajurit tak hanya kuat di medan tempur, tapi juga harus cakap dalam membaca zaman,” katanya sambil menunjuk ke layar yang menampilkan data literasi digital dari berbagai daerah.

Di sisi lain meja, para staf dari kedua belah pihak menyimak dengan penuh perhatian. Ada yang mencatat, ada pula yang menyimak grafik. Salah seorang di antaranya, Andi, seorang staf muda Bhumi Literasi, merasa bangga bisa duduk satu meja dengan para tokoh yang ia kagumi. Ia terinspirasi, bahwa kerja literasi bukan hanya soal buku, tetapi tentang keberanian membawa perubahan.

Bu Shinta lalu membuka lembar demi lembar draf program kerja yang telah ia rancang. Ada program pelatihan menulis untuk prajurit muda, pembuatan perpustakaan digital di pos-pos perbatasan, hingga pengembangan aplikasi edukatif untuk anak-anak prajurit. Pak Bayu mengangguk perlahan, matanya berbinar seakan melihat masa depan.

“Semua ini bisa menjadi warisan intelektual untuk generasi penerus. Tentara bukan hanya penjaga tanah air, tapi juga penjaga cahaya pengetahuan,” ujar Bu Shinta dengan suara lantang namun bersahaja. Kata-katanya menciptakan keheningan sesaat yang penuh makna. Semua yang hadir merasa tersentuh.

Meeting itu berlangsung dalam suasana hangat namun produktif. Tidak ada ketegangan, hanya kolaborasi dan keyakinan yang saling menguatkan. Di balik layar data, ada cerita besar yang sedang ditulis. Cerita tentang sinergi antara literasi dan militer, antara pena dan pedang.

Menjelang akhir pertemuan, mereka sepakat untuk menandatangani nota kesepahaman pekan depan. Tak ada jabat tangan formal, hanya senyum dan anggukan yang saling memahami. Pak Bayu bahkan sempat berkata, “Kita mulai dari sini, dari ruangan ini, tapi dampaknya bisa menjangkau seluruh negeri.”

Ketika pertemuan usai dan matahari mulai condong ke barat, Bu Shinta berjalan keluar sambil memeluk map berisi dokumen program. Di dalam hatinya, ia tahu: masa depan anak bangsa tidak ditentukan oleh nasib, tetapi oleh mereka yang bersedia duduk bersama dan bermimpi besar.

Komentar

Tampilkan