KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur dikenal sebagai tokoh bangsa yang penuh dengan kebijaksanaan dan sikap welas asih. Salah satu pesan beliau yang masih relevan hingga kini adalah ajakan untuk tidak menyimpan dendam. Menurutnya, dendam hanya akan membebani hati dan merusak kedamaian batin seseorang. Namun, di sisi lain, Gus Dur juga menekankan pentingnya bersikap tegas terhadap orang yang berbuat tidak baik.
Pesan ini menunjukkan bahwa sikap memaafkan bukan berarti membiarkan perilaku buruk terus terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menghadapi orang yang mungkin merugikan, menyakiti, atau berbuat tidak adil. Gus Dur mengajarkan bahwa kita bisa memilih untuk tidak membalas dendam, tetapi tetap memiliki batas agar orang lain tidak mengulang perbuatannya.
Dengan cara ini, kita menjaga keseimbangan antara kelembutan hati dan ketegasan sikap. Memaafkan memberi ruang bagi diri sendiri untuk hidup lebih damai, sementara membatasi perilaku buruk orang lain adalah bentuk perlindungan diri. Sikap ini juga dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat, karena tidak ada ruang bagi tindakan yang merugikan untuk terus berkembang.
Relevansi pesan Gus Dur semakin terasa di tengah masyarakat yang kerap terpolarisasi. Di era digital, misalnya, ujaran kebencian dan konflik mudah sekali menyebar. Jika kita mampu mengaplikasikan ajaran ini, maka kita bisa membangun budaya saling menghargai tanpa harus terjebak dalam lingkaran balas dendam.
Apa yang diajarkan Gus Dur dapat menjadi pedoman: ikhlas memaafkan, namun tetap waspada dan tegas dalam membatasi keburukan. Dengan demikian, kehidupan pribadi dan bermasyarakat dapat berjalan lebih harmonis, adil, dan berkeadaban.

