Iklan

Latest Post


Kerja Untuk Beli Sawah, Bukan Jual Sawah Untuk Kerja

Bhumi Literasi
Selasa, 16 September 2025, September 16, 2025 WIB Last Updated 2025-09-16T05:50:00Z

Di tengah arus modernisasi dan perkembangan zaman, seringkali kita lupa bahwa tanah adalah aset paling berharga. Pepatah “Kerja untuk beli sawah, bukan jual sawah untuk kerja” menjadi pengingat penting bagi generasi saat ini. Sawah bukan sekadar lahan pertanian, tetapi juga simbol kemandirian, sumber penghidupan, dan warisan yang harus dijaga.

Banyak orang terjebak dalam kebutuhan hidup jangka pendek hingga rela melepas sawah warisan keluarga untuk menutupi biaya. Padahal, menjual sawah berarti menjual masa depan. Lahan yang hilang tidak mudah tergantikan, sementara kebutuhan hidup akan selalu ada. Dengan bekerja keras, seharusnya tujuan kita adalah menambah aset produktif, bukan mengorbankannya.

Memiliki sawah atau tanah adalah bentuk investasi nyata. Nilainya cenderung meningkat dari waktu ke waktu, selain memberi manfaat langsung berupa hasil panen. Sawah juga mencerminkan kedaulatan pangan, karena dari lahan itulah beras yang kita konsumsi berasal. Jika sawah terus dijual, siapa yang akan memastikan ketahanan pangan bangsa?

Maka dari itu, generasi muda perlu mengubah cara pandang terhadap pertanian. Jangan malu menjadi petani, karena dari tangan petani lahir kehidupan. Bekerja di bidang apa pun sah-sah saja, namun alangkah baiknya jika hasil kerja digunakan untuk membeli tanah atau sawah sebagai aset jangka panjang. Dengan begitu, kita turut melestarikan warisan sekaligus memperkuat fondasi ekonomi keluarga.

Pesan sederhana ini mengandung makna yang dalam: bekerja bukan untuk mengorbankan, melainkan untuk membangun. Mari kita jadikan kerja keras hari ini sebagai jalan untuk memperluas lahan, bukan mempersempitnya. Dengan menjaga sawah, kita bukan hanya menjaga rezeki, tetapi juga menjaga masa depan anak cucu kita.

Komentar

Tampilkan