Ada kalanya kita berada pada fase hidup di mana menjelaskan sesuatu terasa melelahkan. Bukan karena kita tidak tahu jawabannya, melainkan karena energi yang dikeluarkan untuk membuktikan sesuatu sering kali tidak sebanding dengan hasilnya. Pada titik ini, diam atau membiarkan orang lain dengan keyakinannya menjadi pilihan yang lebih bijak.
Perdebatan sering kali muncul dari hal-hal kecil, bahkan sepele. Seseorang bisa bersikeras membuktikan pandangannya benar, meski kebenarannya masih bisa diperdebatkan. Menghadapi orang yang demikian, menjelaskan panjang lebar hanya akan menguras tenaga dan pikiran. Maka, memilih untuk tidak melanjutkan diskusi justru bisa menjadi bentuk kebijaksanaan.
Sikap "ya sudahlah kamu benar" bukan tanda kelemahan. Justru di balik itu ada kesadaran bahwa tidak semua hal perlu diperdebatkan. Ada hal-hal yang memang lebih baik dibiarkan, karena tidak akan membawa dampak besar bagi hidup kita. Membiarkan orang lain dengan pandangannya terkadang adalah jalan paling damai untuk menjaga ketenangan hati.
Selain menjaga energi, sikap ini juga bisa menghindarkan kita dari konflik yang tidak perlu. Perdebatan tanpa ujung sering kali menimbulkan gesekan, memperkeruh hubungan, bahkan merusak persahabatan. Dengan memilih diam, kita memberi ruang untuk menjaga hubungan baik, sekaligus menjaga diri dari stres yang tak perlu.
Tidak semua perbedaan harus dilawan dengan argumen. Terkadang, kebahagiaan justru lahir ketika kita membiarkan orang lain percaya pada apa yang mereka yakini. Biarkanlah "babi bisa terbang" dalam dunia mereka, selama itu tidak merugikan siapa pun. Karena pada akhirnya, kedamaian batin lebih berharga daripada memenangkan perdebatan.

