KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab dikenal Gus Baha kembali menyampaikan pesan penuh hikmah terkait amalan ibadah di akhir zaman. Dalam salah satu pengajiannya, beliau menekankan bahwa ibadah terbaik pada masa ini bisa jadi bukanlah aktivitas yang berat, melainkan tidur dengan hati yang dipenuhi rasa syukur.
Menurut Gus Baha, tidur yang dilakukan dengan niat mensyukuri rahmat Allah memiliki nilai ibadah yang sangat tinggi. Hal ini didasari pada kesederhanaan sikap seorang hamba yang ikhlas menerima ketentuan Allah tanpa banyak menuntut. Dengan tidur yang penuh syukur, seorang muslim tetap menjaga hubungan baik dengan Tuhannya tanpa terbebani ambisi berlebihan.
Beliau menegaskan, dibandingkan dengan seseorang yang melaksanakan tahajud tetapi dalam hatinya menuntut sesuatu kepada Allah, tidur dengan rasa syukur justru lebih baik. Sebab, ibadah yang sejatinya penuh kekhusyukan bisa kehilangan makna bila disertai keluhan atau tuntutan.
Gus Baha menjelaskan bahwa inti dari ibadah bukan hanya pada bentuk lahiriahnya, melainkan juga pada niat dan sikap hati. Seorang hamba yang menjalani hidup dengan rasa syukur telah melakukan ibadah yang tidak kalah besar dari amalan ritual lainnya. Dengan demikian, tidur pun bisa bernilai ibadah bila diniatkan untuk menjaga tubuh sekaligus mengingat rahmat Allah.
Pesan ini terasa relevan di era modern ketika banyak orang cenderung menjadikan ibadah sebagai sarana mengejar keinginan pribadi. Misalnya, shalat malam hanya agar rezeki lancar atau urusan dunia dipermudah. Padahal, ibadah seharusnya murni ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sarana transaksi dengan-Nya.
Dengan gaya tutur khasnya, Gus Baha mengingatkan umat Islam untuk tidak menjadikan ibadah sebagai bentuk “negosiasi” dengan Allah. Ia mencontohkan, tahajud yang dilakukan dengan perasaan menuntut justru bisa berbalik mengurangi nilai spiritual dari ibadah itu sendiri.
Sebaliknya, tidur dengan hati yang ikhlas dan penuh syukur menunjukkan kepasrahan seorang hamba. Ia menerima segala ketentuan Allah dengan tenang, sekaligus mensyukuri nikmat sederhana berupa istirahat. Inilah bentuk ibadah yang mungkin sering terlewatkan, namun justru sangat berharga di sisi Allah.
Selain itu, pesan Gus Baha juga mengajarkan keseimbangan dalam beribadah. Tidak semua orang mampu melaksanakan ibadah berat secara rutin, apalagi di tengah kesibukan dunia modern. Namun, setiap muslim tetap bisa beribadah melalui hal-hal sederhana yang sarat makna, termasuk tidur yang diniatkan dengan benar.
Nasehat ini bukanlah ajakan untuk meninggalkan tahajud atau ibadah sunnah lainnya, melainkan penegasan bahwa kualitas hati lebih utama daripada banyaknya amalan lahiriah. Dengan demikian, setiap muslim diajak untuk memperbaiki niat dan menumbuhkan rasa syukur dalam setiap aktivitasnya.
Melalui pesan sederhana ini, Gus Baha kembali mengingatkan umat bahwa ibadah sejati terletak pada hati yang ikhlas, bukan pada tuntutan. Tidur dengan syukur bisa menjadi ibadah terbaik di akhir zaman, karena ia mencerminkan kepasrahan, keikhlasan, dan rasa cinta seorang hamba kepada Allah SWT.

