Iklan

Latest Post


Menulis: Warisan Abadi Pikiran dan Perasaan

Bhumi Literasi
Sabtu, 27 September 2025, September 27, 2025 WIB Last Updated 2025-09-26T22:15:55Z


Menulis bukan sekadar aktivitas menuangkan kata-kata di atas kertas atau layar digital. Lebih dari itu, menulis adalah upaya manusia untuk mengabadikan pikiran, perasaan, bahkan pengalaman yang mungkin akan terlupakan jika tidak diikat dengan huruf. Seperti yang dikatakan Rizal Mutaqin, “Menulislah, karena dengan menulis kita mengabadikan pikiran dan perasaan kita menjadi warisan yang tak lekang oleh waktu.”

Sejarah membuktikan bahwa peradaban besar di dunia dapat dikenali melalui tulisan yang mereka tinggalkan. Manuskrip kuno, naskah sastra, catatan harian, hingga prasasti menjadi saksi bahwa menulis adalah alat untuk menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Tanpa tulisan, pengetahuan akan hilang bersama generasi yang meninggalkannya.

Menulis juga memberi kesempatan bagi seseorang untuk berbicara kepada masa depan. Apa yang kita tuliskan hari ini, bisa saja dibaca puluhan bahkan ratusan tahun mendatang. Pikiran, gagasan, serta perasaan yang kita tuangkan akan menjadi saksi perjalanan hidup yang abadi, meskipun raga kita telah tiada.

Selain itu, menulis adalah sarana untuk memahami diri sendiri. Ketika seseorang menuliskan perasaan terdalamnya, ia sedang melakukan refleksi terhadap pengalaman hidupnya. Kata-kata yang tersusun bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga menjadi cermin bagi penulisnya. Dari sini, lahirlah kesadaran baru tentang diri dan makna kehidupan.

Menulis pun bisa menjadi terapi jiwa. Banyak orang merasa lebih lega setelah menuliskan beban pikirannya. Setiap huruf yang dituangkan seakan menjadi jalan keluar dari tekanan batin. Menulis memberi ruang untuk menyusun ulang perasaan yang berantakan agar kembali tertata dengan baik.

Lebih jauh, menulis adalah wujud kontribusi terhadap masyarakat. Gagasan yang dituangkan dalam tulisan bisa memengaruhi cara berpikir orang lain, bahkan menggerakkan perubahan. Banyak tokoh besar yang dikenal bukan hanya karena tindakannya, tetapi juga karena karya tulisnya yang menginspirasi jutaan orang.

Di era digital saat ini, menulis semakin mudah dilakukan dan semakin luas jangkauannya. Blog, media sosial, hingga platform literasi daring memberi ruang bagi siapa saja untuk menulis dan dibaca banyak orang. Dengan begitu, kesempatan untuk meninggalkan jejak yang abadi menjadi semakin terbuka lebar.

Namun, menulis juga menuntut keberanian. Tidak semua orang berani menumpahkan isi hati atau gagasannya ke dalam tulisan. Ada rasa takut salah, takut dikritik, atau bahkan takut diabaikan. Padahal, setiap tulisan memiliki nilai tersendiri, karena ia lahir dari pengalaman dan pemikiran yang unik dari penulisnya.

Menulis bukan hanya untuk penulis profesional. Setiap orang berhak menulis, sekecil apapun topik yang dituangkan. Tulisan sederhana sekalipun bisa memiliki arti besar bagi orang lain. Yang terpenting adalah keikhlasan dalam menulis dan keberanian untuk berbagi.

Menulis adalah warisan abadi. Kata-kata yang dituliskan hari ini bisa menjadi pengingat, inspirasi, bahkan pelajaran bagi generasi berikutnya. Seperti pesan Rizal Mutaqin, menulis membuat pikiran dan perasaan kita tidak lekang oleh waktu. Itulah sebabnya, menulis bukan sekadar pilihan, melainkan panggilan bagi setiap manusia yang ingin meninggalkan jejak abadi.
Komentar

Tampilkan